Hang Out Hangat Oom Brill

Wednesday, March 7, 2007

Perawan Tua

Entah apa yang menyebabkan Tessa masih tetap sendirian. Di usianya yang sudah 37 tahun ini, ia belum meyebarkan undangan married. Boro-boro undangan married, melihat siapa pria yang menjadi teman dekatnya pun belum ada menampakkan tanda-tanda. Tak heran, Tessa sudah mendapat gelar menyedihkan: perawan tua.

Seluruh keluarga besarnya selalu bertanya-tanya kapan Tessa married. Awalnya, Tessa masih bisa berbasa-basi, menutupi “kekurangan”-nya itu. Tapi pertanyaan itu selalu muncul selama bertahun-tahun, dan itu membuat gerah Tessa. “Emang gak ada pertanyaan lain apa?” begitu ungkap Tessa dengan nada kesal, tapi dalam hati.

Gara-gara pertanyaan itu, Tessa jadi malas untuk berkumpul dengan keluarga besar. Tiap ada acara keluarga, Tessa selalu menolak hadir. Alasannya, kalau gak ada tugas mendadak dari kantor, sudah terlanjur janji dengan teman, atau lagi gak enak body. Selain ketiga alasan itu, Tessa sudah menyiapkan seribu alasan lain yang sudah siap dikeluarkannya jika kebetulan ada acara-acara keluarga. Ketidakhadiran Tessa itu membuat hubungan Tessa dengan keluarga besar, menjadi berjarak.

Gara-gara Tessa tak hadir di acara keluarga, yang ketumpuan pertanyaan giliran orangtuanya. Sebagai orangtua, tentu selalu membela putri tercinta. Mereka selalu berusaha menjaga agar citra Tessa tetap baik. Setiap pertanyaan, selalu dijawab dengan bijaksana.

Mungkin belum ada pria yang cocok,” bela orangtua Tessa. “Dalam waktu dekat, Tessa pasti akan married, kok”.

Namun kebijaksanaan orangtuanya rupanya ada batasnya, sebagaimana kesabaran mereka. Berbulan-bulan, bertahun-tahun ditanya dengan pertanyaan yang sama, membuat mereka gerah. Walhasil, orangtua Tessa juga tak pernah datang lagi ke acara keluarga, sebagaimana Tessa. Gara-gara tak hadir lagi, akhirnya mereka jadi jauh dari keluarga besar.

“Si Perawan Tua” tetap acuh. Dia tak peduli lagi pertanyaan-pertanyaan “basi” yang diajukannya, kapan married, mana calonnya, pria mana yang jadi pacarnya, dan lain sebagainya. Tessa tetap menjalani hidupnya, dengan menjadi seorang wanita picky, pemilih. Dia selalu memilih pria yang mendekatinya harus pintar, tampan, jangkung, sixs packs, dewasa, mapan, sabar, dan sifat-sifat sempurna lainnya. Siapakah kira-kira pria yang cocok untuk Tessa? (*)

posted by Lab School 88 at 8:59 PM 0 comments

Popularitas Bigos

Bukan Shanty namanya kalo gak ngomongin orang. Buat wanita ini, susah benget puasa untuk tidak membicarakan orang. Setiap hari, ada aja omongan yang keluar dari mulutnya. Rata-rata omongannya selalu negatif.

Si Tia itu kemarin baru aja putus sama si Sony. Tahu gak gara-garanya apa? Gara-gara si Tia nyeleweng sama Fredy,” kata Shanty pada Irma suatu hari.

Tahu gak? Aldo itu baru jadian sama Sabrina, lho. Menurut gue, mereka itu gak cocok banget. Aldo itu ganteng banget, tapi Sabrina biasa-biasa aja,” ungkap Shanty lain waktu pada Putri.

Buat Shanty, bergosip ria sudah menjadi menu sehari-hari. Tak ada hari tanpa gosip. Tak heran kalo Shanty mendapat cap: bigos alias biang gosip. Anehnya, walau sudah dicap seperti itu, ia tetap tak peduli. Gosip terus.

Entah darimana Shanty punya prilaku seperti itu. Kalau diamati dari silsilah keluarganya, tak ada satu orang pun yang punya kebiasaan bergosip-gosip ria. Barangkali ibu atau neneknya, atau nenek-neneknya pernah bergosip, tapi mereka tak se-bitchy Shanty. Kalau menyalahkan infotainment, kayaknya gak mungkin deh. Memang sih Shanty suka sekali menyaksikan infotainment di televisi, yang selalu berisi gosip-gosip selebriti. Tapi program itu gak bisa seratus persen dianggap sebagai biang keladi mengapa Shanty punya prilaku bergosip ria.

Gara-gara cap Bigos, Shanty banyak musuhnya. Teman-temannya tak ada yang berani mendekat. Setiap Shanty mendekat, teman-temannya berusaha menghindar. Ada yang pura-pura sibuk. Ada yang pura-pura ngobrol dengan teman. Ada yang pura-pura tidur di meja. Pokoknya sebisa mungkin mereka tak mau berhubungan dengan Shanty. Sekali berhubungan, bakalan repot.

Jalan satu-satunya untuk menyadarkan dia, ya membuat gosip tentang dia,” kata Tia memberi ide pada Faisal.

Ide Tia itu ternyata dilaksanakan Faisal. Sambil menunggu waktu yang tepat, gosip tentang Shanty berhasil dihembuskan. Bahwa Shanty sempat berselingkuh dengan anggota DPR. Apa yang terjadi ternyata di luar dugaan. Prilaku Shanty makin menjadi-jadi. Bukannya marah, Shanty semakin percaya diri. Ia merasa mendapat angin untuk menjadi populer. Dugaan Tia dan Faisal ternyata salah. Rupanya popularitas selama ini menjadi tujuan utama Shanty. (*)

posted by Lab School 88 at 8:57 PM 0 comments

HAM vs Sexual Harassment

Beberapa hari ini Rahma beda banget penampilannya. Ia selalu memakai pakaian ketat, bahkan cenderung super ketat. Dengan cara berpakaiannya itu, beberapa anggota tubuh yang sebetulnya sensitif untuk diperlihatkan, kini berani ditampilkan. Ia pun lebih suka mengenakan rok super mini. Ada yang bilang, penampilan Rahma ini gara-gara sindiran Fitri.

Elo itu sebetulnya punya body bagus,” puji Fitri sebelum mengkritik penampilan Rahma. “Tapi sayang, penampilan elo konvensional banget. Jadi jangan heran gak banyak cowok yang ngelirik elo. Coba deh elo berubah”.

Pria beruntung atas perubahan Rahma salah satunya Pandu. Buat pria berwajah mesum itu, penampilan Rahma ibarat sebuah “rezeki”. “Rezeki batin”, begitu kata Pandu pada Herman. Menurut Pandu, zaman sekarang mana ada sih pria yang “tega” untuk tidak melihat penampilan seksi seorang wanita? Bibir merah basah, belahan payudara, kemeja transparan, atau paha putih yang mulus.

Masa rezeki ditolak sih Bos?” kata Pandu lagi.

Pandu boleh menyebut “rezeki”, namun sikap Paula dan Erika beda lagi. Pemandangan aduhai yang diperlihatkan Rahma, dan kemudian pria melihat pemandangan itu dianggap sebagai sexual harassment alias pelecehan seksual. Meski sebenarnya mereka menyadari, Pandu tak seratus persen salah. Tapi sekali pelecehan seksual, tetap pelecehan seksual.

Memang tak ada aturan resmi yang melarang Rahma memakai pakaian apa saja. Asal tak telanjang, Rahma bebas berseksi-seksi ria. Bukankah tak boleh ada yang membatasi Hak Azasi Manusia (HAM)? Jika melanggar, salah-salah bisa diadukan ke Komnas HAM. Namun belakangan Rahma gerah karena teman-temanya sudah keterlaluan melakukan pelecehan seksual. Tak heran, mulai hari ini Rahma menggantungkan sebuah tulisan besar yang digantung di leher, seperti ID Card. Isi tulisan itu: “Boleh Lihat, Asal Bayar.” (*)


posted by Lab School 88 at 8:54 PM 0 comments