Hang Out Hangat Oom Brill

Thursday, April 5, 2007

Golden Shake Hand

Kalau saja, Andri punya strategi hidup, pasti ia tak akan menolak kesempatan Golden Shake Hand. Ia ternyata lebih suka mengambil sikap, tetap bekerja sebagai karyawan, di perusahaan yang sudah sebelas tahun ditempati olehnya.

“Andri...Andri. Lho bego amat sih gak ambil kesempatan itu,” papar Indra.

“Enak aja, loe, bilang gue bego,” protes Andri.

“Lalu kalo gak bego, apa dong kata yang tepat buat orang seperti elo?”

“Emang gue kenapa?”

“Elo itu sudah gak ada masa depan di perusahaan tempat elo sekarang. Karir, dah mentok, gaji naiknya paling-paling cuma sepuluh sampai duapuluh persen. Padahal gua tahu, potensi elo gede banget kalo pindah kerja. Apalagi ada kesempatan golden shake hand. Come on, Man! Run before that change is over!”

Terus terang Andri bingung tujuh keliling. Barangkali ucapan Indra, ada benar. Dengan skill yang dia miliki, sisa umur produktif yang masih dia punya, seharusnya ia ambil tawaran perusahaan: “karyawan senior di atas, boleh mengambil golden shake hand”. Tapi Andri takut! Andri tak berani ambil resiko. Mau kemana kalau sudah ambil tawaran itu? What’s next?

Andri, seperti juga mayoritas karyawan kantoran, selalu tak punya rencana hidup. Setiap hari selalu disibukkan oleh setumpuk pekerjaan. Kalau tak buat laporan bulanan, outstanding yang harus dikirim ke finance, ya kirim memo sana-sini. Mereka tak punya target, sampai kapan harus menjadi pegawai? sampai kapan berhenti menunggu gaji bulanan? Begitulah metalitas pegawai! Tapi setiap orang memang punya pilihan hidup. Everyone has their own path. Masing-masing pilihan pasti berbeda, dan punya alasan. Anda ada di sisi mana? Jika perusahaan menawarkan golden shake hand, apakah Anda akan mengambil atau tetap menjadi karyawan?
posted by Lab School 88 at 9:09 PM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home