Hang Out Hangat Oom Brill

Wednesday, March 7, 2007

HAM vs Sexual Harassment

Beberapa hari ini Rahma beda banget penampilannya. Ia selalu memakai pakaian ketat, bahkan cenderung super ketat. Dengan cara berpakaiannya itu, beberapa anggota tubuh yang sebetulnya sensitif untuk diperlihatkan, kini berani ditampilkan. Ia pun lebih suka mengenakan rok super mini. Ada yang bilang, penampilan Rahma ini gara-gara sindiran Fitri.

Elo itu sebetulnya punya body bagus,” puji Fitri sebelum mengkritik penampilan Rahma. “Tapi sayang, penampilan elo konvensional banget. Jadi jangan heran gak banyak cowok yang ngelirik elo. Coba deh elo berubah”.

Pria beruntung atas perubahan Rahma salah satunya Pandu. Buat pria berwajah mesum itu, penampilan Rahma ibarat sebuah “rezeki”. “Rezeki batin”, begitu kata Pandu pada Herman. Menurut Pandu, zaman sekarang mana ada sih pria yang “tega” untuk tidak melihat penampilan seksi seorang wanita? Bibir merah basah, belahan payudara, kemeja transparan, atau paha putih yang mulus.

Masa rezeki ditolak sih Bos?” kata Pandu lagi.

Pandu boleh menyebut “rezeki”, namun sikap Paula dan Erika beda lagi. Pemandangan aduhai yang diperlihatkan Rahma, dan kemudian pria melihat pemandangan itu dianggap sebagai sexual harassment alias pelecehan seksual. Meski sebenarnya mereka menyadari, Pandu tak seratus persen salah. Tapi sekali pelecehan seksual, tetap pelecehan seksual.

Memang tak ada aturan resmi yang melarang Rahma memakai pakaian apa saja. Asal tak telanjang, Rahma bebas berseksi-seksi ria. Bukankah tak boleh ada yang membatasi Hak Azasi Manusia (HAM)? Jika melanggar, salah-salah bisa diadukan ke Komnas HAM. Namun belakangan Rahma gerah karena teman-temanya sudah keterlaluan melakukan pelecehan seksual. Tak heran, mulai hari ini Rahma menggantungkan sebuah tulisan besar yang digantung di leher, seperti ID Card. Isi tulisan itu: “Boleh Lihat, Asal Bayar.” (*)


posted by Lab School 88 at 8:54 PM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home